Koreksi Diri

Amin selalu merasa tidak puas dengan pekerjaannya di kantor, suatu hari dia berkata kepada temannya, “Bos aku selalu memandang sebelah mata padaku. Suatu saat nanti aku akan melakukan mogok kerja untuk melampiaskan amarahku ini, setelah itu berhenti kerja.”

“Apa kamu sudah begitu jelas tentang pekerjaan dan seluk beluk  perusahaanmu itu?” Tanya temannya.

“Tidak!”

“Waktu satu tahun belumlah terlambat membalas dendam . Lebih baik kamu duluan memahami dan mempelajari semua pekerjaan sampai yang kecil sekalipun di perusahaanmu, baru berhenti kerja,” saran temannya.
“Anggap saja kamu menggunakan perusahaan itu sebagai tempat belajar gratis semua pekerjaan. Setelah itu kamu pergi dan mencari pekerjaan lain. Begitulah cara melampiaskan amarah dan lebih-lebih kamu mendapat untung.”

Semenjak itu Amin diam-diam mempelajari semua pekerjaan di perusahannya. Bahkan sudah waktu pulang kerja pun dia masih tinggal di dalam perusahaan sambil mendalami pekerjaannya.

“Amin, sekarang kamu tentu sudah berhasil mempelajari semua pekerjaan di perusahaan itu. Sudah saatnya bersiap sedia untuk berhenti kerja!”

“Tapi selama setengah tahun ini aku merasakan sikap bos terhadap aku mulai berubah. Akhir-akhir ini aku diberi tugas berat, dan malah dinaikin pangkat dan gajiku juga naik. Sekarang aku menjadi orang penting di dalam perusahaan ini.”

“Sudah saya duga!” kata temannya sambil tertawa. “Dulu majikanmu tidak memperhatikanmu dikarenakan pekerjaanmu kurang memuaskan, juga tidak tekun dan rajin. Namun setelah kamu begitu tekun mengerjakan semua pekerjaanmu dan membuahkan hasil yang cemerlang, tentu saja majikanmu menjadi sangat menyayangimu.

---------- ---------- ---------- ---------- ---------- ---------- 
Seringkali kita hanya tahu menyalahkan orang lain tanpa mau mengoreksi diri sendiri. Selalu menganggap diri yang paling benar, sehingga hubungan antar manusia menjadi kurang baik. Dan dalam bekerja loyalitas dan kepercayaan sangat dibutuhkan.
---------- ---------- ---------- ---------- ---------- ---------- 

Tweet